NgajiOnline : Akidah - Ilmu, Amal, Dakwah, dan Sabar - Ustadz M Abduh Tuasikal. Penting untuk berilmu, beramal, berdakwah, dan bersabar. Ini yang dibahas lagi dalam kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab. Penjelasan lengkapnya dalam tulisan berikut ini.
Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya. Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir. Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya. Hubungan Iman dan Ilmu Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama Islam. Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Hubungan Iman Dan Amal Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah. Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman. Hubungan Amal Dan Ilmu Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal. Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur’an sangat kental dengan nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntutilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggidihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia. Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya, “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?”. Beliau Saw. menjawab “Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya” [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi alim ber-ilmu sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban]. Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah berguna bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah”[ Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]9. Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi iman,ilmu dan amal karena pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal. Kaitan antara iman, ilmu dan amal Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata QS. At – Thalaq ayat 2 – 3 .Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan. Sumber ilmu menurut ajaran Islam Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah” Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah” Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Al Mujadalah 11. Yang isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain. Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti dalam Ash – Shaf 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt. Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Banyakadab dengan sedikit amal shalih adalah lebih baik daripada amal dengan sedikit adab." Imam Abdullah bin Mubarak berkata : "Aku belajar Adab (tatakrama) selama 30 tahun, dan belajar Ilmu (fiqh) selama 20 tahun, dan hendaknya kalian mempelajari Adab sebelum belajar Ilmu.
– Ilmu dan adab adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam Islam. Keduanya berkaitan erat dan saling berhubungan satu sama lain. Imam Malik rahimahullah pernah berkata, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Ulama salaf terdahulu sangat memperhatikan adab dan akhlak. Adab tidak bisa dipisahkan dengan ilmu, karena beradab itu sendiri membutuhkan ilmu. Lantas Apa Hubungan di Antara Adab dan Ilmu? Hubungan di Antara Ilmu dan AdabPenisbatan Terhadap Adab dan Penisbatan Terhadap IlmuAdab Kepada Allah dan Sesama Makhluk dengan IlmuPenutup Sebelum kita mempelajari hubungan di antara ilmu dan adab, Kita perlu mengetahui definisi dari keduanya terlebih dahulu. Ilmu secara bahasa اَلْعِلْمُ al-ilmu adalah lawan dari اَلْجَهْلُ al-jahl atau kebodohan, yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan pengetahuan yang pasti. Ilmu sendiri seharusnya bermakna ilmu syar’i, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk. Adapun ilmu yang berkaitan dengan dunia seperti sains dan teknologi seharusnya tidak disebut dengan ilmu, tetapi ilmu dunia. Ilmu hanya dinisbatkan kepada ilmu syar’i saja. Sedangkan untuk adab adalah salah satu dari bagian ilmu. Para ulama mengatakan adab adalah menghiasi diri dengan sikap-sikap yang indah dan menghindari menjauhi dari sikap-sikap lawannya. Adab adalah melakukan perkara-perkara yang baik dan menjauhi perkara-perkara yang buruk. Hal ini berlaku pada perkataan maupun perbuatan. Adab adalah akhlak. Seseorang yang sudah hijrah, mengaji, belajar agama dan sudah terbiasa hadir di majelis ilmu seharusnya memiliki adab dan akhlak yang baik. Apabila kita sudah ngaji namun ternyata akhlak kita masih belum baik, maka bisa jadi kita bukan termasuk orang-orang yang berilmu. Seseorang yang sudah berilmu tentu harus memperhatikan adabnya. Jangan sampai dengan ilmunya, ia malah tidak beradab. “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu” tentu ditujukan kepada orang-orang yang saat itu ilmunya sudah tinggi namun kurang beradab. Dikatakan bahwa dahulu ada banyak orang berilmu namun tidak mengamalkan dengan menunjukan akhlak yang baik. Dengan adab kita bisa lebih mudah memahami ilmu dengan baik dan cepat. Penisbatan Terhadap Adab dan Penisbatan Terhadap Ilmu Adapun dalam diri seseorang, seharusnya penisbatannya terhadap adab lebih besar dari pada penisbatannya kepada ilmu. Tidak perlu jauh-jauh, coba lihat sendiri kepada diri kita masing-masing. Ada diantara kita yang sudah berjenggot lebat, mengenakan celana cingkrang, rajin ke masjid dan lainnya. Namun, apa yang masyarakat kenal tentang kita? Bisa jadi mereka hanya kenal kita sebagai orang yang berjenggot saja. Mereka tidak mengenal kita sebagai orang yang baik. Sebagai seorang muslim, kita seharusnya berakhlak baik. Kita harus rajin membantu tetangga-tetangga kita, mengucapkan tutur kata yang baik, menghadiri undangan dan lain sebagainya. Sehingga kita akan mulai terkenal karena adab kita yang baik. Tidak hanya terkenal sebagai seorang yang berjenggot saja, namun kita akan dikenal sebagai seseorang yang baik di kehidupan bermasyarakat. Ada mungkin di antara kita, seorang akhwat yang sudah mengenakan jilbab syar’i ditambah dengan niqab cadar. Tapi apakah itu menjamin akhwat tersebut memiliki adab yang baik? Tentu saja tidak. Mungkin bisa jadi ia terkenal sebagai seorang perempuan muslimah yang bercadar, tapi hanya dikenal sebatas itu. Ada yang lebih parah apabila ia dikenal sebagai seorang muslimah yang mengenakan cadar, tetapi masih saja suka ghibah. Naudzubillah min dzalik. Adab lebih dibutuhkan oleh seseorang yang berilmu walaupun itu sedikit. Perkataan ini tentunya dimaksudkan untuk orang-orang yang sudah berilmu namun kurang beradab. Adapun untuk orang-orang yang sudah berilmu dan berakhlak baik, sebaiknya selalu mempelajari keduanya. Mempelajari adab dan ilmu haruslah berdampingan. Kita tidak perlu menunda belajar ilmu dengan mempelajari adab terlebih dahulu. Apabila kita sudah mempelajari ilmu, maka tinggal dilanjutkan dengan mempelajari adab. Keduanya jalan berdampingan sebagaimana dua sejoli yang tak boleh terpisahkan. Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang kelak dikenal sebagai seorang mukmin yang sering berbuat baik. Baca Juga Kupersembahkan Ibadah Hanya Kepada Allah Adab Kepada Allah dan Sesama Makhluk dengan Ilmu Sebagai seorang muslim, kita harus bisa menjadi seseorang yang beradab kepada Allah dan beradab kepada sesama makhluk. Sesungguhnya adab inilah yang akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang berakhlak mulia. Adab kepada Allah tentu kita harus taat dalam mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya. Seorang muslim yang beradab seharusnya melakukan sholat, zakat dan ibadah lainnya sesuai dengan syariat. Lalu, adab kepada sesama makhluk bisa kita tunjukan dengan perkataan dan perbuatan baik. Meskipun hanya sekedar menyingkirkan gangguan dari jalan. Ya. Begitulah tentang adab. Tentunya agar kita bisa mempelajari adab dan akhlak yang baik, kita harus rajin dalam menuntut ilmu. Dengan ilmu kita bisa tahu bahwa seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Adapun meninggalkan debat juga termasuk adab, baik kepada Allah maupun sesama makhluk. Bisa jadi kita yang baru hijrah, kita terlalu menggebu-gebu dalam menyampaikan kebenaran. Kita menjadi terlalu mudah dalam menyalahkan. Apabila sudah sampai terjadi perdebatan, maka sebaiknya kita tinggalkan. Begitulah tentang adab dan akhlak yang mulia. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa supaya dianugerahi akhlak yang mulia, “Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalinggkannya kecuali Engkau.” [HR. Muslim no. 771, dari Ali bin Abi Tholib] Penutup Ilmu tanpa adab hanya akan menjadikan seorang pemilik ilmu terseret oleh hawa nafsunya. Tanpa adab, seseorang bisa menjadi sombong dan ujub dengan ilmu yang dimiliki. Ilmu tidak akan memberikan manfaat jika tidak dibarengi dengan adab. Begitu pula dengan adab yang tidak akan memberikan manfaat jika tidak dibarengi dengan ilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.’ [QS. An-Nahl 125] Pada firman ayat diatas, Allah menjelaskan kepada kita untuk menyampaikan ilmu dengan adab dan akhlak yang baik. Wallahu A’lam Bish-Shawab. Demikian artikel ini ditulis. Artikel ini terinspirasi dari ceramah beliau Ustadz Yulian Purnama, yang membahas kitab “Min Washaya Al Ulama li-Thalabatil Ilmi” karya Syaikh Abdul Aziz Bin Muhammad As Sadhan. Terima kasih telah membaca sampai pada baris ini. Saya mohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam penulisan dan lainnya. Sesungguhnya saya adalah seseorang yang masih fakir akan ilmu. Saya dan teman-teman yang mengelola situs ini bersedia untuk menerima nasihat dari Anda. 🙂 Jangan lupa bagikan kepada teman-teman kita! 🙂 Semoga bermanfaat. Gambar
Berisi10 pokok bab Keutamaan menuntut ilmu & mengamalkannya. Keutamaan menggabungkan antara ilmu dan amal dan bahaya meninggalkan salah satunya. Syaikh Shalih Al-Utsaimin berkata, " Pada hakekatnya amal adalah buah ilmu. Barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka dia telah menyerupai orang nasrani. Dan barang siapa yang berilmu tapi tidak beramal maka dia telah menyerupai
Sejumlah santri mengikuti kajian kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Amin, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa 27/4/2021. Pada saat bulan suci Ramadhan mengaji kitab kuning merupakan salah satu tradisi pesantren untuk memperdalam ilmu agama antara lain yaitu tafsir Al Quran fikih, akidah, ibadah, tasawuf, dan muamalah. Seorang ulama dari generasi tabiit tabiin, Muhammad bin Ajlan, mengatakan, Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah ialah sebanyak 100 derajat. Setiap dua derajat jaraknya seperti antara 500 tahun yang ditempuh dengan kuda yang sangat cepat. Bagaimanapun, ternyata berilmu saja tidaklah Islam, ilmu haruslah diiringi dengan amal. Pada akhirnya, sang alim yang beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah Ta'ala. Kewajiban Bila diibaratkan, ilmu adalah pemimpin sekaligus pembimbing bagi perbuatan. Sebuah amalan boleh jadi buruk dalam pandangan Allah SWT walaupun manusia menilainya baik-baik contoh, seorang yang beramal di tengah khalayak. Apabila ia tidak memahami ilmu ikhlas, yang dikhawatirkan ialah nilai tindakannya tidak mendapatkan pahala dari-Nya. Bahkan, mungkin saja dirinya jatuh dalam syirik kecil, yakni riya. Mengiringi ilmu dengan amal adalah sebuah keharusan. Jika ada yang melakukan ibadah tanpa didasari ilmu, itu tidak ubahnya dengan seorang yang mendirikan sebuah bangunan di tengah kegelapan malam. Tatkala siang tiba, bangunan itu justru dihancurkannya sendiri. Tebar Manfaat Manusia adalah makhluk sosial. Tidak ada seorang pun insan di muka bumi yang mampu hidup tanpa beri n te aksi dengan orang lain. Karena itu, tiap orang sesung guh nya memiliki tanggung jawab sosial di tengah masyarakat. Sebagai seorang alim, tanggung jawab itu tentunya lebih penting lagi. Katakanlah, seorang ahli sistem irigasi, apabila diam saja melihat fenomena banjir di lingkungannya, tentu akan dipandang aneh oleh masyarakat. Bahkan, pada batas-batas tertentu bisa jadi ia menjadi sasaran cibiran. Nabi SAW bersabda, Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi sesamanya. Karena itu, menyertai ilmu dengan amal juga berarti menebar maslahat kepada umat dan kemanusiaan umumnya. sumber RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Adabdan tugas imam sebelum solat. 1. Imam hendaklah dalam keadaan bersuci. 2. Imam hendaklah datang ke masjid setelah azan dikumandangkan. 3. Imam hendaklah segera memulakan solat apabila berjemaah telah ramai. Jika jemaah tidak ramai, imam hendaklah menunggu seketika. 4.
Manisnya Iman Untuk Kamu Lihat 20 Artikel Bagikan
ImamNawawi, penulis kitab Riyadhus Shalihin, menulis buku Adabul Alim wal Mutaalim (Adab Guru dan Murid). Pertama-tama, ia mengawalinya dengan pentingnya ikhlas dalam setiap aktivitas. Karena hanya sikap ikhlas kepada Allah, amal manusia diterima. Ustaz Abu Qasim Abdul Karim menyatakan, "Ikhlas adalah membersihkan akal dari perhatian makhluk
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Didalamnya ada 3 unsur pokok yaitu aqidah, syar’iyah dan akhlaq, dengan kata lain iman, ilmu dan amal sholeh. Hakikat iman yang dibawa oleh Rasulullah –Shalallahu alaihi wa salam- tegak berdiri di atas 3 pilar, jika salah satu darinya roboh, maka imanpun akan tumbang, 3 pilar atau rukun itu adalah Keyakinan dalam hati, Pengucapan dengan lisan, Melakukan dalam amal perbuatan. Imam Syafi’I berkata “Merupakan ijma’ para sahabat, tabi’in dan kaum muslimin setelah mereka yang kami temui, bahwa iman itu adalah ucapan, perbuatan, dan niat, salah satunya tidak bisa mewakili yang lain. Pertama Yaitu keyakinan dalam hati meliputi dua hal yang harus dipenuhi Ikrar dalam hati, yang dimaksud adalah pengakuan hati bahwa apa yang dikabarkan Allah dan Rasul-Nya adalah haq, dan bahwa apa yang diputuskan Allah dan Rasul-Nya adalah keadilan, hal itu tidak boleh dibarengi dengan sedikitpun rasa keraguan atau syak. Amalan hati, maksudnya segala sesuatu yang diwajibkan Allah –Subhanahu wa ta’ala- atas hamba Nya dari amalan-amalan hati, seperti cinta Allah dan Rasul-Nya, membenci kekufuran, orang kafir dan lainnya. Semua ini masuk dalam amalan hati. Dalil-dalil yang menyatakan harus terpenuhinya keyakinan dalam hati cukup banyak, di antaranya firman Allah –Subhanahu wa ta’ala قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ Orang-orang Arab Badui itu berkata “Kami telah beriman”. Katakanlah “Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-Hujurat14 Kedua Yaitu pengucapan dengan lisan, maka Nabi –Shalallahu alaihi wa salam- bersabda “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan tiada ilah yang haq disembah melainkan Allah, jika mereka telah mengucapkannya berarti mereka telah melindungi darah, dan harta mereka dariku, kecuali dengan haknya.” Muttafaqun alaihi Imam Nawawi berkata memberi keterangan terhadap hadis ini “Dalam hadis ada keterangan bahwa iman disyaratkan harus diucapkan dalam bentuk syahadatain dua kalimat syahadat disertai keyakinan terhadapnya.” Ketiga Yaitu amal perbuatan, yang dimaksud adalah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah, serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Nya. Dalil-dalil yang menyatakan bahwa amal ini masuk dalam iman sangatlah banyak, kami akan menyebutkan sebagian darinya. Firman Allah إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al-Hujuarat 15 Allah menyifati mereka dengan iman yang jujur karena mereka telah melakukan amal shalih yang merupakan bukti cerminan dari amalan hati dan buahnya. Ilmu menurut bahasa adalah mengenal sesuatu dalam keadaan aslinya dengan pasti, dalam ilmu ini bisa meliputi ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Amal adalah perbuatan yang dilakukan dengan anggota badan. Sebelum melakukan amal, harus tahu ilmunya dulu. Tidak mungkin kita melakukan amal tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Misalnya kita mau beribadah sholat, bagaimana kita bisa sholat kalau kita tidak punya ilmu, jangankan masalah agama, masalah dunia saja, misalkan kita bekerja, kita tidak bisa bekerja kecuali tanpa ilmu. Sabda Rasulullah “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah dan dihasankan oleh Imam Al-Mizzy. Al-Imam Bukhori dalam shohihnya menempatkan bab ilmu sebelum amal dan perbuatan. Ini membuktikan bahwa ilmu ini didahulukan sebelum amal. Menurut Al-Qur’an, dua ayat Allah dihadapkan kepada manusia Ayat al-kauniyah alam semesta dan manusia individu, komunal dan temporalnya Ayat al-qauliyah Al-Qur’an dan sunnah rasul Interpretasi manusia terhadap fenomena kauniyah melahirkan ilmu pengetahuan biologi, fisika, kimia, sosiologi, antropologi, komunikasi, ilmu politik, sejarah dan lain-lain. Interpretasi manusia terhadap fenomena qauliyah melahirkan pemahaman agama actual. Kebenaran hakiki dan sumber ilmu ialah pada Allah swt. Ilmu harus difungsikan sesuai dengan petunjuk Allah swt. QS. Fushshilat/4153 سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? dan QS. Ali-Imran/3164. لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik [*] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, *Termasuk dalam “kalimat yang baik” ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti “laa ilaa ha illallaah”. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Dalamhadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang mulia akhlaknya.". Adab menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik kehidupan sendiri, keluarga, maupun sosial. Dengan adab, seorang Muslim yang sejati akan menjadi mulia di hadapan Allah dan Rasul-Nya serta sesama manusia.
Oleh Fatimah Azzahra, S. Pd [email protected] “MAAF, bu, saya ga merasa iman saya bertambah saat ngaji dengan ibu”, begitu pernyataan seorang murid pada gurunya. Karena alasan itu, akhirnya ia tak mau bergabung kajian dan lebih memilih mengikuti kajian fiqh asatidz ternama via youtube. Sebuah evaluasi besar bagi gurunya, tentu. Kenapa ia sampai tak merasa semakin dekat dengan Allah padahal yang dibahas adalah iman pada Allah? Ah, mungkin contohnya kurang tepat untuknya. Bisa jadi bahasa penyampaiannya yang kurang berkenan padanya. Dan masih banyak yang harus dievaluasi. Tapi, saya teringat pada kajian kitab Ta’lim Muta’alim. Ustadz menyampaikan, pencarian dan penguasaan ilmu yang tidak didahului oleh adab akan melahirkan petaka besar. Para pelajar yang miskin adab akan menghilangkan keberkahan ilmu, menumbuhkan kesombongan dan kelalaian dari amanah menimba ilmu. Kesombongan dalam artian merasa dirinya lebih tahu, lebih pintar, lebih pantas, dan lebih lainnya dari gurunya. Sehingga dijumpai fenomena banyaknya pelajar tapi kehilangan manfaat ilmu. Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas ra., pernah menyatakan kepada seorang pemuda Quraisy, “Wahai putra saudaraku, pelajarilah adab, sebelum kamu belajar ilmu.” Karena adab adalah pintu bagi keberkahan ilmu. Maka hendaknya diri melakukan adab terhadap dirinya, terhadap ilmu, juga terhadap guru sebelum beranjak mempelajari ilmu. Sehingga wajar jika ulama terdahulu menjadi orang yang alim lagi tawadhu, berbuah amal, jujur, mengemban tanggung jawab syi’ar dan dakwah. Ada beberapa hal adab terhadap diri yang disarikan dalam kitab Tadzkirah as-Sami’ wa al-Mutakallim, karya Imam Ibnu Jama’ah Asy Syafi’i, diantaranya, pertama, membersihkan diri dari semua penyakit hati yang bisa menghalangi masuknya ilmu, baik iri, dengki, hasud, khianat, dan lainnya. Kedua, meluruskan niat mencari ilmu hanya karena Allah, untuk menggapai Ridho Allah. Ilmunya pun segera diamalkan untuk menghidupkan dan menegakkan syariat. Ketiga, bersegera ketika masih muda dan tidak membuang waktu. Sementara adab terhadap guru diantaranya, pertama mengikuti nasihat guru karena ketundukan pada guru adalah kebaikan dan kemuliaan. Kedua, memuliakan guru dan menjaga kehormatannya dengan penuh keikhlasan. Dikatakan, “Pencari ilmu hendaknya melihat gurunya dengan pandangan penuh kehormatan dan percaya kepada gurunya dengan derajat kesempurnaan karena hal itu lebih mendekatkan dirinya pada nilai manfaat. Sebagian salaf terbiasa jika menghadap kepada gurunya, ia bersedekah dan berdoa, Ya Allah, tutuplah aib guruku dariku dan janganlah hilangkan keberkahan ilmunya dariku.’” Ketiga, mengetahui keutamaan gurunya dan menjaga haknya. Salah seorang ustadzah saya bahkan menceritakan, al kisah ada murid yang kurang dalam memahami ilmu pelajaran. Suatu saat, hujan turun sementara murid ini ada kelas. Karena tak ingin ketinggalan kelas ia pun nekat menerobos hujan. Sayangnya, ia tak membawa tas atau pun payung. Jadi, ia membungkus kitabnya, dengan baju luarnya, dan melindungi kitab tersebut. Tatkala guru sang murid menyaksikan hal itu, ia pun berdo’a agar Allah membukakan pikiran sang murid, memberkahi ilmunya. Semenjak itu, sang murid menjadi murid yang cerdas dan ringan mengamalkan juga mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Masyaallah. PR besar bagi para pencari ilmu dan juga guru, agar berkah ilmu. Adab yang dijadikan pendahulu sebelum mempelajari ilmu. Karena adab adalah perhiasan ilmu, yang menentukan keberkahan ilmu itu sendiri. Wallahu’alam bish shawab. []
DatangkanAdab dalam Ilmu dan Amal! 1. Saya suka tengok kebangkitan semangat ingin kenal agama yang makin membuak-buak. Tapi saya takut dengan perbincangan ilmu tanpa akhlak. Bila kita dah mendengar kuliyah, membaca buku dan pelbagai punca ilmu yang ada, pastinya akan terbentuk satu pemikiran yang akan diterjemahkan dalam bicara dan amal kita
Sesi Pertama Angkatan III Level 01 SARAT Sekolah Adab Untuk Orang Tua Angkatan 2021/2022 diisi langsung oleh Pendiri Sekolah Adab, Dr. Wido Supraha, mengangkat tema Visi dan Misi Keluarga Beradab. Pada sesi awal ini, disampaikan bagaimana pentingnya sebuah keluarga membangun visi dan misi sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan mensosialisasikannya ke seluruh komponen keluarga, sehingga setiap keluarga bahu-membahu, bekerjasama dalam mensukseskan program demi program sebagai turunan dari visi dan misi tersebut. 08/08/2021 Continue reading “Testimoni Sesi 01 Angkatan III Level 01 SARAT Sekolah Adab Untuk Orang Tua Dr. Wido Supraha, ✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨ 📡 KEMBALI DIBUKA ANGKATAN III SEKOLAH ADAB UNTUK ORANG TUA SARAT LEVEL-01 Institut Adab Insan Mulia menyelenggarakan beberapa program untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia berbasis adab, sebagaimana Program ini dirancang khusus untuk mengajak Ayah dan Bunda, bersama-sama, meningkatkan kapasitasnya sebagai Orang Tua Muaddib/ah sehingga semakin memantaskan diri dalam melaksanakan amanah dari Allah ﷻ berupa pendidikan bagi anak-anaknya menuju lahirnya Generasi Beradab dari dalam rumah masing-masing. Program dirancang dengan beberapa tingkatan. Alhamdulillah, Angkatan I untuk Tingkat 1 telah selesai diikuti oleh sekitar 100 pasangan keluarga, yang mengkaji konsep pendidikan keluarga setiap bulannya secara offline. Continue reading “Dibuka Angkatan III Sekolah Adab Untuk Orang Tua SARAT Level 01” Oleh Dr. Wido Supraha, Setelah menanamkan iman yang mendalam ke dalam jiwa anaknya, Luqman kemudian berbicara amal shalih yang utama yang mencirikan perilaku orang-orang beriman. Amal yang utama itu adalah berbakti kepada kedua orang tua birr al-walidain. Perhatikan surat Al-Baqarah [2] ayat 14 Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 07. Anakku Tercinta, Berbaktilah Kepada Ayah Bundamu” Oleh Dr. Wido Supraha, Rubu’ ke-26 adalah Al-Qur’an Surat Ali Imran [3] ayat 113-132 pada halaman 64-66 dari Mushaf Utsmani. Sebagaimana ciri Surat Madaniyah, pada Rubu’ ini, Allah SWT sentiasa mengkorelasikan antara keimanan dan amal shalih, dan menegaskan bahwa setiap amal shalih hendaknya dibangun di atas pondasi keimanan. Amal yang tidak dibangun di atas keimanan akan berakhir pada kesia-siaan. Berikut ini sebagian kecil pelajaran … Continue reading Rubu’ ke-26 Tadabbur Al-Qur’an al-Karim Oleh Dr. Wido Supraha, Konsep mendahulukan penanaman iman dalam pengadaban terlihat dengan jelas dalam materi yang disampaikan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya. Pesan penting yang disampaikannya kepada anaknya mengandung pelajaran yang baik mau’izhah hasanah-nya bertemakan tauhid. Nama anaknya menurut as-Suhaili 1114-1185 M adalah Tsaran. Perhatikan surat Al-Baqarah [2] ayat 13 Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 06. Anakku Tercinta, Janganlah Engkau Berlaku Syirik” Sekolah Adab Untuk Guru SAGU Angkatan III 2021 Institut Adab Insan Mulia menyelenggarakan beberapa program untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia berbasis adab, sebagaimana Program Sekolah Adab Untuk Guru SAGU, adalah salah satu program yang dirancang khusus untuk menguatkan kepribadian dan meningkatkan kapasitas para Guru di institusi manapun mereka berkhidmat, sehingga memiliki kemampuan dasar sebagai Guru Adab dan dapat kembali ke institusinya masing-masing untuk … Continue reading Dibuka Angkatan III Sekolah Adab Untuk Guru SAGU Level 1 Oleh Dr. Wido Supraha, Pendidikan adalah proses meneteskan sesuatu’ ke dalam jiwa manusia, demikian Syed Muhammad Naquib al-Attas menyarikan dari pandangan para ulama seperti Al-Ghazzali dan selainnya. Diksi sesuatu’ something yang dimaksud tentulah ilmu, sementara sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa ilmu yang pertama kali ditanamkan ke dalam jiwa manusia adalah aqidah atau tauhid atau iman kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat Muhammad [47] ayat 19 Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 05. Iman Sebelum Al-Qur’an” Oleh Dr. Wido Supraha, Disebut mendidik adalah ketika seorang Ayah yang telah sadar bahwa dirinya adalah sosok pendidik bagi anak-anaknya, melakukan proses pendidikan itu dengan penuh kesadaran menghadirkan proses yang benar dan bertahap di dalam menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam yang dapat diambil dari Kitab Suci Al-Qur’an sehingga dapat masuk ke dalam jiwa anaknya, sebagai murid biologis yang juga murid ideologisnya. Menyadari bahwa sebagai pendidik, ia tidak saja digugu tapi ditiru seluruh perilaku dan kepribadiannya. Sekaligus, menyadari bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, bahwa kepribadian anak kita tidak akan jauh dari kepribadian kita secara umum. Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 04. Mendidik itu Berkomunikasi Aktif” Oleh Dr. Wido Supraha, Tidak semua keluarga dikaruniai anak keturunan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Hal ini karena semua ada dalam takdir dan ketetapan Allah SWT. Maka bagi keluarga yang telah dikaruniai anak, terlibat aktifnya Ayah dan Bunda dalam mendidik anak-anaknya adalah salah satu wujud konkrit dari rasa syukur kepada Allah SWT. Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 03. Mendidik Anak adalah Wujud Rasa Syukur” Oleh Dr. Wido Supraha, Keutamaan Luqman adalah berkah dimudahkannya ia meraih hikmah dari Allah SWT. Bersama hikmahnya ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk yang semuanya bersumber pada kalbu. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam riwayat al-Bukhari no. 52 dari an-Nu’man bin Basyir Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 02. Luqman dan Keutamaannya” Posts navigation
Demikianpulalah dengan Iman, Amal, dan Ilmu. Hanya dengan iman atau keyakinan saja belum cukup dan kurang manfaat tanpa adanya amal perbuatan yang baik. Perbuatan yang baik tidak aka nada artinya kalau tidak didasari dengan iman. Selan-jutnya iman bisa menjadi subur dan kuat, amal bisa menjadi sah dan diterima jika ditunjang dengan ilmu.
Rasulullahbersabda: "Suatu kaum yang suci hatinya dan lembut perangainya. Iman ada pada ahlu Yaman, kepahaman (fiqih) ada pada ahlu Yaman dan hikmah ada pada ahli Yaman." (HR Ahmad) Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkan suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math'am dari Rasulullah صلى الله
. sbccdv6czt.pages.dev/79sbccdv6czt.pages.dev/900sbccdv6czt.pages.dev/587sbccdv6czt.pages.dev/952sbccdv6czt.pages.dev/917sbccdv6czt.pages.dev/228sbccdv6czt.pages.dev/700sbccdv6czt.pages.dev/766sbccdv6czt.pages.dev/163sbccdv6czt.pages.dev/543sbccdv6czt.pages.dev/181sbccdv6czt.pages.dev/861sbccdv6czt.pages.dev/774sbccdv6czt.pages.dev/479sbccdv6czt.pages.dev/764
iman adab ilmu dan amal