Definisiminta dalam kamus Melayu. minta 1. = meminta menyatakan mahu (akan sesuatu), memohon (utk mendapat sesuatu), pinta: semalam Aini ada ~ ubat drpd Pak Ludin; mamak itu tersenyum sedikit apabila laki-laki cengkung itu~ dia buatkan dua piring mi goreng; 2. = meminta mengucapkan (doa dll), melafazkan; 3. = meminta melamar anak gadis supaya

Uploaded byHuwaidah Martina 0% found this document useful 1 vote6K views3 pagesDescriptionSource GoogleCopyrightŠ Š All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 1 vote6K views3 pagesANALISIS PUISI Gadis Peminta-MintaUploaded byHuwaidah Martina DescriptionSource GoogleFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
1 Jalan ceritanya lebih pendek dari novel. 2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata. 3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari. 4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja. 5.
MAKALAH ANALISIS PUISI KEPADA PEMITA-MINTA OLEH CHAIRIL ANWAR 1. Pendahuluan Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakn gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Aminuddin 1997—67 mengemukakan terdapat jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 1997—65 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih puisi dengan judul“Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan konsep dan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. 2. Stilistika Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Dengan demikian stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 201172—73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati 20088 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 20087 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 201172 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 200811 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. Sumber Objek Penelitian Stilistika Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 200914 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emonsionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Pendekatan dalam Stilistika Melalui stilistika dapat dijabarkan ciri-ciri khusus karya sastra. Berdasarkan hal itu, Wellek, dan Warren 1993226 menyatakan ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika dengan cara semacam itu. Yang pertama di analisis secara sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya dilihat berdasarkan makna total atau makna keseluruhan. Melalui hal ini akan muncul sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya. Pendekatan yang kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem satu dengan yang lainnya. Analisis stilistika adalah dengan mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inversi susunan kata, susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan, atau membuat kejelasan, atau justru kebalikannya yang membuat makna menjadi tidak jelas. Sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistik dipengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan. Nurhayati 200813—20 mengemukakan lima pendekatan yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut Pendekatan Halliday Dalam pendekatan ini Halliday mengilustrasikan bagaimana kategori-kategori dan metode-metode linguistik deskriptif dapat diaplikasikan ke dalam analisis teks-teks sastra seperti dalam materi analisis teks yang lainnya. Melalui hal ini analisis bukan hanya kepada interprestasi atau evaluasi estetika terhadap pesan-pesan sastra yang dianalisisnya tetapi hanya kepada deskripsi unsur-unsur bahasa. Dalam kajiannya ia tidak mengungkapkan bagaimana bentuk-bentuk verbal tersebut disusun sehingga berhubungan dengan bentuk lainnya pada hubungan intra-tekstual. Pendekatan Sinclair Pendekatan ini searah dengan teori pendekatan Halliday. Ia menerapkan kategori-kategori deskripsi linguistik Halliday. Sinclair mengemukakan terdapat dua aspek yang berperan penting dalam pengungkapan pola-pola intratekstual karya sastra. Pendekatan Goeffrey Leech Leech mengemukakn bahwa karya sastra mengandung dimensi-dimensi makna tambahan yang beroperasi pula di dalam wacana lainnya. Leech mengungkapkan tiga gejala ekspresi sastra, yaitu cohesion, foregrounding, dan cohesion of foregrounding. Ketiga gejala ekspresi ini menghadirkan dimensi-dimensi makna yang berbeda yang tidak tercakup oleh deskripsi linguistik dengan kategori-kategori normalnya. Cohesion merupakan hubungan interatekstual antara unsur gramatikal dengan unsur leksikal yang jalin-menjalin dalam sebuah teks sehingga menjadi sebuah unit wacana yang lengkap. Foregrounding merupakan gejala khas yang hanya terdapat dalam karya sastra. Sedangkan cohesion of foregrounding adalah penyimpangan-penyimpangan dalam teks yang dihubungkan dengan bentuk lain untuk membentuk pola-pola intratekstual. Pendekatan Roman Jakobson Pendekatan ini menggolongkan fungsi puitik bahasa sebagai sebuah penggunaan bahasa yang berpusat kepada bentuk aktual dari pesan itu sendiri. Tulisan sastra tidak seperti bentuk-bentuk lainnya. Dalam tulisan sastra ditemukan pesan yang berpusat pada pesan itu sendiri. Pendekatan Samuel R. Levin Pendekatan Levin dalam analisis stilistika serupa dengan pendekatan Halliday dan Sinclair yang berpusat pada analisis butir-butir linguistik. Levin juga mengembangkan gagasan kesejajaran yang juga dikemukakan oleh Jakobson. Dalam hal ini kesejajaran tersebut berlaku pada level fonologi, sintaksis, dan semantik yang untuk menghasilkan ciri-ciri struktural. Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Pada dasarnya kajian stilistika dikemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. Menurut Nurhayati 200830—38 teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis bahasa. Teori tersebut adalah sebagai berikut 1 Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 201129 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi. 2 Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 201131 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. Penyair berusaha agar penikmat dapat melihat, merasakan mendengar, dan menyentuh apa yang ia alami dan rasakan. 3 Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 201132 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4 Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 201173 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2011164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5 Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 201135 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Dalam hal ini menurut Nurhayati 200840—43 hakikat puisi terdiri atas beberapa komponen yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut 1 Tema sense, merupakan gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok persoalan dalam puisi tersebut. Setiap puisi memiliki pokok persoalan yang hendak di sampaikan kepada pembacanya. Selain itu menurut Tarigan 201110—11 dalam puisi memiliki subject matter yang hendak dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman penyair. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut. 2 Perasaan feeling merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan 201112 rasa/felling yaitu merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada pada puisinya. 3 Nada tone, merupakan refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. Penyair pula menunjukkan sikapnya kepada pembacanya, misalnya dengan sikap menggurui, menyindir atau bersifat lugas. 4 Amanat intention atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul melalui di balik tema yang diungkapkan. 3 Analisis Stilistika Karya sastra pada analisis stilistika memiliki kaitan erat dengan bahasa yang menjadi medium utamanya. Ratna 2009330 menyatakan bahwa analisis yang baik adalah kajian yang memelihara keseimbangan antara prinsip linguistik dan sastra kebudayaan atau yang mendasar pada pencapaian aspek estetis. Dalam kajian stilistika hendaknya sampai pada dua hal yaitu makna dan fungsi. Makna dicari melalui penafsiran yang dikaitkan melalui totalitas karya, sedangkan fungsi terbesit dari peranan stilistika dalam membangun karya Endraswara, 201176. Senada dengan hal tersebut Nurhayati 200846 mengemukakan terdapat 2 unsur dalam menganalisis puisi, yaitu pada kajian stilistika dan struktur batin puisi. Pada kaiian stilistika di bahas masalah penerimaan, linguistik, diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif. Sedangkan struktur batin membahas masalah tema, perasaan, nada dan amanat. Dalam hal ini puisi yang akan di analisis adalah puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar. Puisi tersebut adalah sebagai berikut Kepada Peminta-Minta 1 Baik, baik aku akan menghadap Dia 2 Menyerahkan diri dan segala dosa 3 Tapi jangan lagi tentang aku 4 Nanti darahku jadi beku 5 Jangan lagi kau bercerita 6 Sudah tercacar semua di muka 7 Nanah meleleh dari luka 8 Sambil berjalan kau usap juga 9 Bersuara tiap kau melangkah 10 Mengerang tiap kau menendang 11 Menetes dari suasana kau datang 12 Sembarang kau merebah 13 Mengganggu dalam mimpiku 14 Menghempas aku di bumi keras 15 Di bibirku terasa pedas 16 Mengaum di telingaku 17 Baik, baik aku akan menghadap Dia 18 Menyerahkan diri dan segala dosa 19 Tapi jangan tentang lagi aku 20 Nanti darahku jadi beku Chairil Anwar, 201078 Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik 1 Diksi Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini dalam setiap maksudnya memerlukan pemahaman yang menyeluruh. Secara umum puisi juga sulit untuk dipahami, terdapat penafsiran tertentu. Dengan demikian penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ketujuh dan kedelapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. 2 Citraan Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. 3 Kata-Kata Konkret Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata kongkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si peminta-minta maupun pengarang. Kata-kata kongkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan pengarang agar pembaca dapat merasakan keadaannya. 4 Rima Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. 5 Bahasa Figuratif Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Struktur Batin Puisi 1 Tema sense, merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Puisi Chairil Anwar menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki apa-apa. Subjet matter yang ditonjolkan dalam puisi ini yaitu tingkah atau sikap si peminta-minta dan bagaimana sikap penyair terhadap nya. Penyair menekankan pandangannya kepada sang peminta-minta. Bagaimana sikapnya terhadap kaum melarat. Pada baris ketiga Tapi jangan tentang lagi aku menunjukkan sikapnya yang merasa nyaman dengan kehadirannya. Penyair mengungkapkan semua yang terjadi telah diketahui. Hal ini tertuang dalam baris 5, 6, 7 yaitu Jangan lagi kau bercerita sudah tercecer semua dimuka dengan nanah yang meleleh dari muka semua itu telah terjadi dan diketahui. Penyair juga merasa tertanggu dengan adanya peminta-peminta, hal ini dinyatakan dalam baris dibibirku terasa pedas mengaum ditelingaku. 2 Perasaan feeling perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa benci Chairil Anwar terhadap peminta-minta. Perasaan menyerah dan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat. Hal tersebut dikemukan pada baris 2 yaitu menyerahkan diri dan segala dosa. Tarigan 201116 mengemukakan Chairil Anwar memandang si peminta-minta dengan belakan mata dan rasa benci. Muncul perasaan terganggu dan kurang simpati terhadap si itu, Chairil juga menunjukkan sikap jengkel kepada si peminta-minta. Sikap yang terlalu menyerah pada keadaan hidup dan begitu menunjukkan kepedihannya dan kemelaratannya. 3 Nada tone, nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis muncul akibat dari kebencian pengarang kepada peminta-minta. Hal tersebut salah satunya muncul pada baris puisi berikut jangan lagi kau becerita sudah tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga. Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci dari sikap si itu, terlihat terdapat nada menyindir dari makna puisi Chairil Anwar. Menyindir pada tingkah si peminta-minta yang terlalu melebih-lebihkan rasa penderitaannya. 4 Amanat intention dalam puisi ini tujuan yang memiliki peranan penting. Dalam hal ini Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Ia mengemukakan sikapnya terhadap si peminta-minta. Chairil menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Dengan demikian mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Menyampaikan amanat dan pesan moral kepada masyarakat/pembacanya. 4 Kesimpulan Analisis stilistika memperhatikan pada dua aspek kekhasan karya sastra, yaitu dari segi linguistik dan pemaknaannya. Keduanya menonjolkan keindahan suatu karya sastra. Hal ini dapat pula menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra. Menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian nilai, pemikiran dan prinsip pengarang dapat dipahami. Puisi adalah salah satu objek kajian stilistika yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahassa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika. Dalam hal ini sebagai contoh puisi Chairil Anwar yang dapat dikaji sebagai salah satu objek kajian stilistika. Namun pada dasarnya setiap jenis karya sastra dapat dikaji dengan stilistika. Jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki bagian-bagian yang penting dalam setiap unsur dan pembahasannya. 5 Daftar Pustaka Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. Anwar, Chairil. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. \ Tarigan, HG. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Wellek, R dan Warren, A. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.

KepadaPeminta-minta Karya Chairil. Anwar. Analisis puisi tersebut . menggunakan dua metode puisi, yaitu . struktur fisik puisi dan struktur batin . puisi. Penelitian berikutnya adalah .

p>Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi.

Diblog ini anda dapat berbagi puisi - puisi, pantun dan lain-lain yang merupakan karya sastrawan-2 terkenal dan juga karya sastra pribadi yang dapat menambah perbendaharaan sastra Indonesia ..!!!! Sebab menyamakan si “aku” dalam sajak sebagai Amir Hamzah sendiri membutuhkan analisa konteks sosial. Apakah Amir Hamzah memang tengah

AbstractKarya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, A. 2017. Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. DEIKSIS, 901, 1. SeniorityPhD / Post grad / Masters / Doc 1647%Readers' Discipline
PancaranHidup Di pagi hari Aku berangkat bekerja Tampak olehku seorang lelaki Mengorek-ngorek tong mencari nasi Sepintas hatiku sedih Terasa miskin badan sendiri Di tengah kekayaan negeri raya Awak menjadi peminta-minta Lalu mataku menoleh ke badannya Tampak tegap penuh semata Tiada cacat membuat celaka Hatiku marah : Orang begini tak perlu dikasihani
inproceedings{Aspriani2019ANALISISSP, title={ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI “KEPADA PEMINTA-MINTA” KARYA CHAIRIL ANWAR}, author={Ini Aspriani and Ai Purwati and Restu Bias Primandhika}, year={2019} }This study aims to describe the use of language in the poem "Kepada Peminta-Minta" by Chairil Anwar. In the poem, Chairil Anwar uses many word choices with the intention of beautifying the poem in his own style, so that the reader is interested in finding out and understanding. The approach used in this analysis is the stylistic approach, which approach is suitable for use because it can affect creativity. Based on the results of the analysis, this poem emphasizes many aspects of word formation…
Programpembelajaran keterampilan berbicara haruslah marnpu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Menurut M.E. Fowler (1965), tujuan menyeluruh dan program, atau tujuan keterampilan berbicara, akan mencakup pencapaian hal-hal berikut. 1) Mudah dan lancar atau fasih.
DEIKSIS p-ISSN 2085-2274, e-ISSN 2502-227X Vol. 09 Januari 2017 hal. 1 - 12 ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR Arinah Fransori Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia [email protected] Abstrak Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi. Abstract Literature is a study of stylistic literature which use the style of literary language as a medium to find its aesthetic value. Stylistic is the usage of the literature knowledge in literature work. Language style which used in literary works created solely by the author. Therefore, the purpose of analysing this poem is to describe the concept and its application studies on stylistic poetry Kepada Peminta-minta which created by Chairil Anwar. Based on the various approaches put forward as the basis for the review of the theory used in the analysis. It does give creativity influence in a poem, for example a poetry Kepada Peminta-minta created by Chairil Anwar is a review of word stucture and literature soul, namely the inner structure. In the study of poetry, highlighting various aspects of word structure is strongly important and unpredictable. Chairil Anwar has critical attitude in presenting the real picture of the life from the poor or destitute. It is capable of conveying the indirect message to the reader, how attitudes and behaviors that should be done. In this case of literature work especially poetry is attached to the mandate and the principal message. Keys Words stylistic analysis, poetry sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap pengarang memiliki cara dalam mengemukakan gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek- PENDAHULUAN Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya 1 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 efek tertentu bagi pembacanya. Keindahan bahasa dan gaya pembentukan kata seorang pengarang memberikan ekpresi tersendiri dengan kalimatnya. Ekspresi dalam puisi yang memberikan gambaran dan perwakilan perasaan dari sang pengarang. Dengan demikian, Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai keindahan sebuah karya sastra. Karya sastra sebagai kajian dari stilistik menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Karya sastra tersebut memiliki ciri dan karakteristik tersendiri. Dua jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masingmasing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan keterbaruaan karya. Selain itu juga dipengaruhi perkembangan sosial budaya. Misalnya, puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya secara umum memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang terhadap puisi, stilistika akan muncul dengan kekhasan bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis, yaitu sastra lama dan modern. Sastra inilah yang menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra. Kedua sastra ini memiliki karkateristik dan perbedaan dengan kekhasannya. Sastra lama dengan penciptaan dan keindahan bahasanya, dan sastra modern yang menggugah dan penuh ekspresi. Sastra modern sebagai sastra yang diteliti, memiliki keunikan tersendiri. Sastra modern terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, 2 prosa maupun drama. Berdasarkan ketiga jenis sastra modern tersebut, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa, sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita alur sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Dalam penciptaan puisi, misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra agar lebih indah dan berkesan. Dengan demikian, untuk memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Suksesnya karya-karya Chairil Anwar memberikan warna tersendiri terhadap penciptaan karya sastra di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efisiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian, keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori wujud keindahan karya sastra. Oleh sebab itu, sesuai dengan tujuan analisisnya akan mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. KAJIAN PUSTAKA Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style gaya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 2011 72—73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati 2008 8 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Peranan dari pembentukan kata dan bahasa yang memiliki kekhasan dengan gaya bahasanya. Intinya, untuk melihat bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 2008 7 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula, stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspekaspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011 167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 2011 72 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 2008 11 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. 3 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 METODE PENELITIAN Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 2009 14 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emonsionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian, seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Berdasarkan objek yang dikemukan di atas metode yang digunakan adalah analisis isi content analysis yang berfokus terhadap isi puisi Chairil Anwar. Selain itu, di amati juga dengan pendekatan dalam stilistika sebagai salah satu pertimbangan dalam pengamatan. Berikut ini beberapa teori dalam pendekatan stilistika. PENDEKATAN DALAM STILISTIKA Melalui stilistika dapat dijabarkan ciri-ciri khusus karya sastra. Berdasarkan hal itu, Wellek, dan Warren 2002 226 menyatakan ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika dengan cara semacam itu. Yang 4 pertama di analisis secara sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya dilihat berdasarkan makna total atau makna keseluruhan. Melalui hal ini akan muncul sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya. Pendekatan yang kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem satu dengan yang lainnya. Analisis stilistika adalah dengan mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inversi susunan kata, susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan, atau membuat kejelasan, atau justru kebalikannya yang membuat makna menjadi tidak jelas. Sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistik dipengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan. Nurhayati 2008 13—20 mengemukakan lima pendekatan yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut Pendekatan Halliday Dalam pendekatan ini Halliday mengilustrasikan bagaimana kategorikategori dan metode-metode linguistik deskriptif dapat diaplikasikan ke dalam analisis teks-teks sastra seperti dalam materi analisis teks yang lainnya. Melalui hal ini, analisis bukan hanya kepada interprestasi atau evaluasi estetika terhadap pesan-pesan sastra yang dianalisisnya. Tetapi hanya kepada deskripsi unsur-unsur bahasa. Dalam kajiannya ia tidak mengungkapkan bagaimana bentuk-bentuk verbal tersebut disusun sehingga berhubungan dengan bentuk lainnya pada hubungan intra-tekstual. Pendekatan Sinclair Pendekatan ini searah dengan teori pendekatan Halliday. Ia menerapkan kategori-kategori deskripsi linguistik Halliday. Sinclair mengemukakan terdapat dua aspek yang berperan Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori penting dalam pengungkapan pola-pola intratekstual karya sastra. Berikut ini menurut Sinclair dua aspek organisasi linguistik yang berperan penting dalam penngungkapan pola-pola intertekstual dalam karya sastra. Pertama arrest yang terjadi pada pola sintaksis yang dapat diprediksi terhalang atau terpotong unit-unit linguistik lainnya sehingga penyelesaian tertunda. Berikut ini contoh puisinya yaitu, Lambs that lo learn to walk in snow When their bleating coulds the air Meet a vast unwelcome... Pada baris pertama puisi tersebut terdapat frasa nomina Lambs that lo learn to walk in snow + frasa verba meet a vast unwelcome terhalang oleh adverbia “When their bleating coulds the air” jadi pola puisi tersebut terjadi penyelesaian yang tertunda. Kedua realease yang terjadi pada sebuah struktur sintaksis diperluas setelah prediksi-prediksi semua unsur gramatikal terpenuhi. Pada kasus di atas terdapat perluasan unit-unit linguistik terhadap sebuah pola yang keseluruhannya sintaksis. Pendekatan Goeffrey Leech Leech mengemukakn bahwa karya sastra mengandung dimensi-dimensi makna tambahan yang beroperasi pula di dalam wacana lainnya. Leech mengungkapkan tiga gejala ekspresi sastra, yaitu cohesion, foregrounding, dan cohesion of foregrounding. Ketiga gejala ekspresi ini menghadirkan dimensidimensi makna yang berbeda yang tidak tercakup oleh deskripsi linguistik dengan kategori-kategori normalnya. Cohesion merupakan hubungan interatekstual antara unsur gramatikal dengan unsur leksikal yang jalin-menjalin dalam sebuah teks sehingga menjadi sebuah unit wacana yang lengkap. Foregrounding merupakan gejala khas yang hanya terdapat dalam karya sastra. Sedangkan cohesion of foregrounding adalah penyimpangan-penyimpangan dalam teks yang dihubungkan dengan bentuk lain untuk membentuk pola-pola intratekstual. Pendekatan Roman Jakobson Pendekatan ini menggolongkan fungsi puitik bahasa sebagai sebuah penggunaan bahasa yang berpusat kepada bentuk aktual dari pesan itu sendiri. Tulisan sastra tidak seperti bentuk-bentuk lainnya. Dalam tulisan sastra ditemukan pesan yang berpusat pada pesan itu sendiri. Berbeda dengan Leech yang mengemukakan bahwa foregrounding berfokus kepada perhatian pembaca terhadap bentuk aktual pesan yang disampaikan. Jakobson mengungkapkan pandangan bahwa jenis kedua foregrounding yang dikemukan oleh Leech merupakan kriteria esensial fungsi puitik yaitu adanya pembentukan kesejajaran di mana kesejajaran tersebut tidak secara normal terjadi. Jakobson mengacu pada poros bahasa yang disusun yaitu poros sintagmatig atau poros seleksi dan poros paradigmatis atau poros kombinasi. Pendekatan Samuel R. Levin Pendekatan Levin dalam analisis stilistika serupa dengan pendekatan Halliday dan Sinclair yang berpusat pada analisis butir-butir linguistik. Levin juga mengembangkan gagasan kesejajaran yang juga dikemukakan oleh Jakobson. Dalam hal ini kesejajaran tersebut berlaku pada level fonologi, sintaksis, dan semantik yang untuk menghasilkan ciri-ciri struktural yang membedakan antara wacana puisi dengan wacana lainnya. Dua unsur bahasa mempunyai padanan semantik apabila keduanya 5 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 dihubungkan dengan sistem relasi makna dalam bahasa tersebut dan dianggap memiliki kelas padanan natural yang sama, misalnya sinonim kata ‘happy’ dan ‘gay’ lawan kata seperti ‘happy’ dan ‘sad’ atau hiponim seperti emotiondan sadness. Kata-kata yang terdapat dalam bidang semantik juga termasuk juga anggota kelas padanan yang sama seperti bulan, bintang, laut, waktu dan matahari. Kata-kata tersebut memiliki pertalian semantis. TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAJIAN STILISTIKA Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Pada dasarnya kajian stilistika dikemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. Menurut Nurhayati 2008 30—38 teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis bahasa. Teori tersebut adalah sebagai berikut 1. Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih katakata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 2011 29 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi. 2. Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut, sedangkan setiap gambar 6 pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 2011 31 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. Penyair berusaha agar penikmat dapat melihat, merasakan mendengar, dan menyentuh apa yang ia alami dan rasakan. 3. Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 2011 32 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4. Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 2011 73 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2011 164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5. Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyibunyi yang berulang, pergantian Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 2011 35 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Dalam hal ini menurut Nurhayati 200840—43 hakikat puisi terdiri atas beberapa komponen yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut 6. Tema sense, merupakan gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok persoalan dalam puisi tersebut. Setiap puisi memiliki pokok persoalan yang hendak di sampaikan kepada pembacanya. Selain itu menurut Tarigan 201110—11 dalam puisi memiliki subject matter yang hendak dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman penyair. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut. 7. Perasaan feeling merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan 2011 12 rasa/felling yaitu merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada pada puisinya. 8. Nada tone, merupakan refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. Penyair pula menunjukkan sikapnya kepada pembacanya, misalnya dengan sikap menggurui, menyindir atau bersifat lugas. 9. Amanat intention atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul melalui di balik tema yang diungkapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR Karya sastra pada analisis stilistika memiliki kaitan erat dengan bahasa yang menjadi medium utamanya. Ratna 2009 330 menyatakan bahwa analisis yang baik adalah kajian yang memelihara keseimbangan antara prinsip linguistik dan sastra kebudayaan atau yang mendasar pada pencapaian aspek estetis. Dalam kajian stilistika hendaknya sampai pada dua hal yaitu makna dan fungsi. Makna dicari melalui penafsiran yang dikaitkan melalui totalitas karya, sedangkan fungsi terbesit dari peranan stilistika dalam membangun karya Endraswara, 2011 76. Berdasarkan pendekatan-pendekatan di atas, maka dapat dilakukan analisis terhadap puisi. Bagaimana proses pembentukan kata dalam puisi, bersumber dari perasaan dan pemikiran penyair. Namun, 7 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 dipengaruhi dengan pembentukan kata, proses semantis yang sesuai dengan intertekstual pada puisi-puisi terdahulu. Senada dengan hal tersebut Nurhayati 200846 mengemukakan terdapat 2 unsur dalam menganalisis puisi, yaitu pada kajian stilistika dan struktur batin puisi. Pada kaiian stilistika dibahas masalah penerimaan, linguistik, diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif. Sedangkan struktur batin membahas masalah tema, perasaan, nada dan amanat. Dalam hal ini puisi yang akan di analisis adalah puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar. Puisi tersebut adalah sebagai berikut Kepada Peminta-Minta 1 2 3 4 Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan lagi tentang aku Nanti darahku jadi beku 5 6 7 8 Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga 9 Bersuara tiap kau melangkah 10 Mengerang tiap kau menendang 11 Menetes dari suasana kau datang 12 Sembarang kau merebah 13 Mengganggu dalam mimpiku 14 Menghempas aku di bumi keras 15 Di bibirku terasa pedas 16 Mengaum di telingaku 17 Baik, baik aku akan menghadap Dia 18 Menyerahkan diri dan segala dosa 19 Tapi jangan tentang lagi aku 20 Nanti darahku jadi beku Chairil Anwar, 201078 8 Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini analisis puisi yang dikaji dengan kajian stitlistika. Dianalisis melalui struktur fisik pembentukan kata dan struktur batin sebagai penafsiran dari puisi tersebut. Struktur Fisik Puisi 1. Diksi Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini dalam setiap maksudnya memerlukan pemahaman yang menyeluruh. Secara umum puisi juga sulit untuk dipahami, terdapat penafsiran tertentu. Dengan demikian, penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ke tujuh dan ke delapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu, terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. 2. Citraan Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu, terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Pemintaminta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. Kata-Kata Konkret Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata kongkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si pemintaminta maupun pengarang. Kata-kata kongkret yang menggambarkan unsurunsur puisi secara tepat dengan tujuan 9 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 pengarang agar pembaca merasakan keadaannya. dapat 1. Rima Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama 10 yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah 2. Bahasa Figuratif Dalam puisi Kepada Pemintaminta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebihlebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Struktur Batin Puisi 1. Tema sense, merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Puisi Chairil Anwar menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki apa-apa. Subjet matter yang ditonjolkan dalam puisi ini yaitu tingkah atau sikap si peminta-minta dan bagaimana sikap penyair terhadap-nya. Penyair menekankan pandangannya kepada sang peminta-minta. Bagaimana sikapnya terhadap kaum melarat. Pada baris ketiga Tapi jangan tentang lagi aku menunjukkan sikapnya yang merasa nyaman dengan kehadirannya. Penyair mengungkapkan semua yang terjadi telah diketahui. Hal ini tertuang dalam baris 5, 6, 7 yaitu Jangan lagi kau bercerita sudah tercecer semua dimuka dengan nanah yang meleleh dari muka semua itu telah terjadi dan diketahui. Penyair juga merasa tertanggu dengan adanya peminta- Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori peminta, hal ini dinyatakan dalam baris dibibirku terasa pedas mengaum ditelingaku. 2. Perasaan feeling perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa benci Chairil Anwar terhadap peminta-minta. Perasaan menyerah dan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat. Hal tersebut dikemukan pada baris 2 yaitu menyerahkan diri dan segala dosa. Tarigan 2011 16 mengemukakan Chairil Anwar memandang si peminta-minta dengan belakan mata dan rasa benci. Muncul perasaan terganggu dan kurang simpati terhadap si itu, Chairil juga menunjukkan sikap jengkel kepada si peminta-minta. Sikap yang terlalu menyerah pada keadaan hidup dan begitu menunjukkan kepedihannya dan kemelaratannya. 3. Nada tone, nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis muncul akibat dari kebencian pengarang kepada peminta-minta. Hal tersebut salah satunya muncul pada baris puisi berikut jangan lagi kau becerita sudah tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga. Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci dari sikap si peminta-minta. Selain itu, terlihat terdapat nada menyindir dari makna puisi Chairil Anwar. Menyindir pada tingkah si peminta-minta yang terlalu melebihlebihkan rasa penderitaannya. 4. Amanat intention dalam puisi ini tujuan yang memiliki peranan penting. Dalam hal ini Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Ia mengemukakan sikapnya terhadap si peminta-minta. Chairil menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Dengan demikian mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Menyampaikan amanat dan pesan moral kepada masyarakat/pembacanya. SIMPULAN Analisis stilistika memperhatikan pada dua aspek kekhasan karya sastra, yaitu dari segi linguistik dan pemaknaannya. Keduanya menonjolkan keindahan suatu karya sastra. Hal ini dapat pula menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra. Menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian, nilai pemikiran dan prinsip pengarang dapat dipahami. Puisi adalah salah satu objek kajian stilistika yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahassa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika. Dalam hal ini sebagai contoh puisi Chairil Anwar yang dapat dikaji sebagai salah satu objek kajian stilistika. Dalam kajian terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini 11 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Puisi dan karya sastra memang lekat pada amanat dan pesan yang menjadi utama. Namun, pada dasarnya setiap jenis karya sastra dapat dikaji dengan stilistika memfokuskan pada pembentukan kata yang indah dan gaya bahasa penulisnya yang menarik. Dengan demikian, jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki bagian-bagian yang penting dalam setiap unsur dan pembahasannya Anwar, Chairil. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. DAFTAR PUSTAKA Tarigan, HG. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Aminnuddin. 2000. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. 12 Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Wellek, R dan Warren, A. 2002. Teori Kesusastraan. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. GadisPeminta-Minta. Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil. gagasannya, memang puisi dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yakni puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. Teks eksposisi analisis 3. Menjelaskan Dua Unsur Utama Teks Eksposisi. a. Pernyataan Pendapatterdapat di awal paragraf Kepada Peminta-minta Chairil Anwar Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kamu bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Dibibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segela dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Analisis Puisi Menggunakan Kritik ObjektifStruktur Karya Sastra Puisi di atas terdiri dari lima bait dan tiap bait terdapat empat baris. Seluruh bait dan baris itu si aku mengungkapkan sebuah rasa yang tidak nyaman. Seperti rasa takut, sesal, marah terhadap hidupnya sendiri. Puisi ini cukup abstrak karena dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Banyak terdapat konotasi dalam puisi ini. Terdapat citraan yang bisa menguatkan penafsiran kita. Dalam hasil pembacaan puisi ini, dapat diartikan bahwa si peminta-minta itu adalah seorang pengemis dalam arti sesungguhnya. Dan si aku adalah seorang yang melihat si peminta-minta, si aku merasa bersalah ketika melihat keadaan si peminta-minta yang begitu mengenaskan. Lebih-lebih si aku merasa terpojok ketika si peminta-minta melihat si aku dengan tatapan yang mengingatkan akan segala dosa si aku. Rasa gelisah melihat penderitaan sesama sangat kuat dirasakan oleh si aku. a. Diksi Pilihan kata dalam puisi berjudul “Kepada Peminta-minta” menggunakan kata-kata yang bernada penuh penyesalan, dipantulkan oleh kata-kata Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Pilihan kata dalam puisi berjudul “Kepada Peminta-minta” ada yang susah untuk dijelaskan tetapi hal itu dianggap lebih kreatif dan juga berupa citraan kesakitan yang menunjukkan koherensi yang kuat, sebagai berikut darahku jadi beku, sudah tercacar, nanah meleleh, kau usap juga, mengerang, menetes, merebah, mengganggu, menghempas di bumi keras, bibirku terasa pedas, mengaum di telingaku, segala dosa, darahku jadi beku. Semua itu menunjukkan bahwa orang yang sadar kepada dosa-dosanya itu rasanya sangat sakit dan sangat menderita dan tersiksa. Dalam puisi tersebut si aku merasa terkejar-kejar oleh rasa dosa karena ada seorang “Peminta-minta” yang selalu memandangnya, yang selalu menatapnya. Si aku sadar akan sodanya kepada Dia Tuhan. Si aku merasakan rasa dosanya itu begitu mencekam. Rasanya dosa si aku itu sudah tercermin dalam muka si peminta-minta seolah-olah si peminta-minta itu selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana ia berada. Rasa dosa itu begitu hebat sehingga mengganggu sampai ke mimpi. Si aku berjanji akan selalu mengingat Tuhan dan menyerahkan dirinya. Ia sudah sadar dan merasa betul-betul bersalah, maka ia sangat tersiksa bila ditentang lagi diperingatkan akan dosa-dosanya membuat ia mati ketakutan karena rasa dosa tersebut. Saya kira yang di lakukan Chairil dalam terjemahannya adalah usaha memberikan makna akan sajak terjemahan bebas kreatifitasannya. Proses kreatif dalam penciptaan sajak-sajak terjemahan itu berlangsung melalui pemilihan kata dalam puisi tersebut untuk memperkaya bahasa Indonesia dalam pengucapan seni puisi. b. Sudut Pandang Puisi ini cukup sederhana tetapi cukup mampu mengundang berbagai tanggapan diantara pengamat sastra. Hal itu disebabkan karena pengamat yang bersangkutan mengacaukan pengertian si aku sebagai pengarang sekaligus pelaku. Ada pula yang menganggap puisi ini sebagai simbolis cerita realis. Masuknya si aku ke dalam struktur penceritaan tentu bukan tanpa motif tertentu, yang kerapkali tidak dinyatakan secara eksplisit. Pengamat belum melihat sisi pembedaan, kemungkinan besar akan menghasilkan penilaian yang kurang tepat. c. Setting Pelukisan latar tempat dalam puisi ditunjukkan oleh citra-citra kehidupan yaitu pada bait pertama yang menyadari akan dosa yang telah diperbuat di dunia. Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku d. Tokoh Si aku dalam puisi diatas lebih bertindak sebagai pelaku yang dimanfaatkan sebagai latar. Pada dasarnya puisi Kepada Peminta-minta menceritakan bahwa si aku mengungkapkan sebuah rasa yang tidak nyaman. Seperti rasa takut, sesal, marah terhadap hidupnya sendiri. Puisi ini cukup abstrak karena dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Banyak terdapat konotasi dalam puisi ini. Terdapat citraan yang bisa menguatkan penafsiran kita. Dalam hasil pembacaan puisi ini, dapat diartikan bahwa si peminta-minta itu adalah seorang pengemis dalam arti sesungguhnya. Dan si aku adalah seorang yang melihat si peminta-minta, si aku merasa bersalah ketika melihat keadaan si peminta-minta yang begitu mengenaskan. Lebih-lebih si aku merasa terpojok ketika si peminta-minta melihat si aku dengan tatapan yang mengingatkan akan segala dosa si aku. Rasa gelisah melihat penderitaan sesama sangat kuat dirasakan oleh si aku. e. Kata konkret Kata konkret menumbuhkan pengimajian dalam pikiran pembaca. Si aku merasakan dosanya itu begitu mencekam. Maka, si aku meminta kepada peminta-minta itu jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia si aku. Rasanya dosa si aku itu sudah tercermin dalam muka si peminta-minta itu, misalnya pada bait kedua /Sudah tercacar semua di muka/ /Nanah meleleh dari muka/ Seperti kata kena cacar dan bernanah, selalu meleleh, dan selalu diusap oleh si peminta-minta sambil berjalan. Seolah-olah si peminta-minta itu selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana pun ia berada. Selain itu, pada bait keempat, rasa dosa itu begitu hebatnya sehingga mengganggunya sampai ke mimpi si aku. Rasanya si aku seperti dihempaskan di bumi yang keras oleh rasa dosa yang selalu mencekamnya, selalu mengejar-ngejarnya. Hal itu membuat bibirnya pedas dan telinganya mengaum karena sakitnya. Mengganggu dalam mimpiku/ Menghempas aku di bumi keras/ Di bibirku terasa pedas/ Mengaum di telingaku/. Selain dikonkretkan, untuk menyatakan betapa tersiksanya si aku juga dipergunakan dalam sajak tersebut sarana kiasan atau bahasa figuratif. f. Bahasa figuratif Dalam sajak tersebut sarana retorika yang dominan adalah hiperbola, yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan, dan menimbulkan tanggapan yang konkret kepada pembaca. Misalnya sebagai berikut. Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. …. Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka …. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras g. Versifikasi Versifikasi dalam puisi ini masih mengikuti pola puisi lama. Rima akhir setiap bait adalah sebagai berikut /ia-sa-ku-ku aabb. ta-ka-ka-ga aaaa, ah-ang-ang-ah abba, ku-as-as-ku abba, dan ia-sa-ku-ku aabb. Pola ini mengingatkan kita pada syair, pantun, dan puisi baru. Namun karena struktur lainnya tidak sama, maka puisi di atas bukan puisi lama tetapi merupakan puisi baru. Pola rima akhir pada bait kedua berubah menjadi /aaaa/ bukan /aabb/ begitu juga pada bait ketiga dan keempat berubah menjadi pola /abba/. Ritma puisi berupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan keterangan kalimat. Pada bait pertama digunakan /baik,baik/, pada bait kedua digunakan /jangan lagi/, pada bait ketiga digunakan /bersuara tiap/, pada bait keempat digunakan /mengganggu/, pada bait terakhir digunakan /baik,baik/. Setiap bait puisi itu diikat dengan kata pengikat sehingga pada permulaan bait seakan muncul sebuah gelombang irama baru. Padapuisi "Pancaran Hidup" itu, objek pikiran penulis adalah seorang peminta-minta. Objek ini mungkin sebagai pengalaman nyata atau mungkin juga hanya hidup di dalam alam pikirtan atau angan-angannya sendiri. Dari objek pikiran penulis puisi tadi akan menumbuhkan perasaannya, apakah ingin mengasihani atau membenci peminta-minta tersebut. Gadis Peminta-minta Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemanjaan riang Duniamu yang lebih tinggi Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hapal Jiwa begitu murni Untuk bisa membagi dukamu Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda. Sumber Suara 1950CatatanPuisi "Gadis Peminta-minta" karya Toto Sudarto Bachtiar memiliki beberapa hal menarik yang dapat diperhatikanTema Kemiskinan dan Kekurangan Puisi ini menggambarkan kehidupan seorang gadis peminta-minta yang hidup dalam kondisi kemiskinan dan kekurangan. Penyair menciptakan gambaran tentang keterbatasan dan penderitaan yang dialami oleh gadis kecil ini dalam kehidupannya dan Imajinasi Puisi ini menggunakan simbolisme dan imajinasi untuk menyampaikan pesan-pesan emosional. Gadis peminta-minta digambarkan sebagai sosok yang memiliki senyuman yang abadi, meskipun dia hidup dalam kesulitan. Simbol bulan merah jambu dan jembatan melambangkan keinginan dan khayalan gadis kecil Kehidupan Penyair membandingkan kehidupan gadis peminta-minta dengan kehidupan yang lebih mapan. Penyair mencerminkan kesadaran akan kesenjangan sosial dan keberadaan dunia yang lebih tinggi, di mana gadis peminta-minta hidup dalam kehidupan yang keras sementara orang lain menikmati dan Empati Puisi ini menyampaikan pemahaman dan empati terhadap kehidupan gadis peminta-minta. Meskipun penyair tidak dapat benar-benar mengalami kehidupan gadis tersebut, ia mengakui kekuatan jiwa yang murni dan keinginan gadis itu untuk berbagi ini mencerminkan kepekaan penyair terhadap kehidupan yang penuh keterbatasan dan kesulitan. Melalui penggunaan simbolisme dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang ketidakadilan sosial dan kebutuhan akan empati terhadap mereka yang hidup dalam Gadis Peminta-mintaKarya Toto Sudarto BachtiarBiodata Toto Sudarto BachtiarToto Sudarto Bachtiar lahir pada tanggal 12 Oktober 1929 di Palimanan, Cirebon, Jawa Sudarto Bachtiar meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 2007 pada usia 77 tahun.Toto Sudarto Bachtiar adalah salah satu Penyair Indonesia Angkatan 1950-1960-an.
5 Puisi ‘Kepada Peminta-minta’ Karya Chairil Anwar. Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah
Tentang Puisi dan Penulis Chairil Anwar Lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26 Juli 1922 dan Ia wafat di Jakarta pada tanggal 28 April 1949. Semasa hidupnya ia termasuk salah satu penulis karya sastra dan penyair besar Indonesia, dan dia telah menghasilkan karya sastra yang tidak terhitung jumlahnya baik itu puisi, cerita pendek ataupun cerita panjang. Kumpulan puisinya antara lain Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus 1949; Deru Campur Debu 1949; Tiga Menguak Takdir 1950, dibuat bersama Asrul Sani dan Rivai Apin; Aku Ini Binatang Jalang 1986; Koleksi sajak 1942-1949, diperbaiki oleh Pamusuk Eneste, dan kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono 1986; Derai-derai Cemara 1998. Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang 1986. Karya-karya terjemahannya adalah Pulanglah Dia Si Anak Hilang 1948, Andre Gide; Kena Gempur 1951, John Steinbeck. Sementara karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol adalah “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson Berkeley, California, 1960; “Cuatro poemas indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” Madrid Palma de Mallorca, 1962; Chairil Anwar Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam New York, New Directions, 1963; “Only Dust Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier Port Moresby [New Guinea] Papua Pocket Poets, 1969; The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel Albany, State University of New York Press, 1970; The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan HB Jassin Singapore University Education Press, 1974; Feuer und Asche sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath Wina Octopus Verlag, 1978; The Voice of the Night Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel Athens, Ohio Ohio University, Center for International Studies, 1993. Puisi ini ditulis Chairil Anwar pada bulan Juni tahun 1943. Puisi ini bercerita tentang bagaimana seseorang yang bertemu dengan pengemis yang sedang meminta-minta yang membuatnya berpikir bagaimana iba dirinya melihat pengemis tersebut dan harapannya kepada si pengemis agar berhenti meminta-minta. Ringkasan Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Puisi ini tidak memberikan latar belakang yang jelas mengenai keterangan tempat dan waktu di dalam puisi ini. Yang ditunjukkan di dalam puisi ini adalah pertemuan tokoh utama yang disebut aku dengan seorang pengemis yang meminta-minta di suatu tempat, dan tokoh utama ini mengutarakan pendapatnya mengenai pengemis tersebut di dalam puisi ini. Tokoh utama tersebut ketika melihat pengemis yang sedang meminta-minta tersebut berpikir bagaimana beruntungnya dia dan betapa menyedihkan dirinya sehingga membuatnya ingin menghadap tuhan untuk meminta ampunannya karena dia merasa melakukan sesuatu yang tidak benar terhadap pengemis tersebut. Dia ingin menyerahkan dirinya kepada tuhan dan meminta ampunan dari-Nya karena dia memberikan pengemis itu uang ketika bertemu dengan pengemis tersebut, tetapi dia mempunya perasaan tidak suka terhadap pengemis ini yang meminta-minta dengan memelaskan wajahnya, mengiba-ibakan gaya berjalannya agar orang yang bertemu dengannya dapat memberikannya rejeki. Orang tersebut memberi uang kepada pengemis tersebut, tapi dia tidak pernah merasa suka ketika melihat cara bagaimana pengemis itu memberi uang kepadanya. Dia berharap, jika suatu saat mereka bertemu lagi, pengemis ini tidak akan meminta uang lagi kepadanya. Dia berharap pengemis ini dapat melakukan sesuatu untuk mencari nafkah di dalam hidupnya, sesuatu yang lebih baik baginya, sehingga pengemis itu tidak perlu lagi mengiba-ibakan wajahnya, memelaskan wajahnya kepada semua orang yang dia temui agar dia bisa mendapatkan uang. Orang tersebut berpikir jika dia bertemu lagi dengan pengemis ini dan dia tetap meminta-minta uang kepadanya dengan cara yang sama, memelas-melaskan wajahnya, mengiba-ibakan wajahnya agar orang tersebut ingin memberikan uang, mungkin dia akan tidak peduli kepada pengemis ini dan tidak akan memberikan apapun karena dia tidak menyukai bagaimana cara pengemis ini mencari uang, dan bagaimana pengemis ini tidak merubah jalan hidupnya dengan mencari penghasilan dengan cara yang lebih baik. Dia ingin pengemis ini untuk tidak mengatakan apapun ketika dia meminta-minta, mengatakan sesuatu yang membuatnya merasa iba, membuatnya merasa kasihan kepadanya, sehingga dia akan memberikan uang kepada pengemis tersebut walaupun sebenarnya dia tidak suka dengan pengemis tersebut. Dia ingin pengemis ini untuk tidak mengucapkan kata-kata meminta kepadanya karena dia sudah mengerti bahwa pengemis ini memerlukan uang yang terlihat dari wajahnya, dari rupanya, dari penampilannya yang menggunakan pakaian yang jelek, wajahnya yang penuh dengan keringat dan terlihat kelelahan dengan raut wajahnya yang sengaja diiba-ibakan, sengaja dibuat melas, dan cara berjalannya yang dibuat seakan-akan dia lemah untuk berjalan sambil sekali-sekali mengelap keringat yang menetes dan mengalir di wajahnya yang sudah cukup mengibakan bagi mereka yang melihatnya. Dia memperhatikan bagaimana pengemis itu melangkah, berjalan dengan bersuara dengan gaya yang tertatih-tatih, agar orang yang melihatnya merasa kasihan dan iba sehingga akan memberikan pengemis tersebut sebagian rejekinya. Orang tersebut juga memperhatikan bagaimana pengemis tersebut menggunakan wajah mengiba setiap kali pengemis tersebut memandang apapun yang ingin dipandangnya, yang membuat prihatin orang yang melihatnya, dia mengerti mengapa pengemis memasang raut wajah seperti itu, agar orang yang prihatin memberikannya uang. Dan bagaimana pengemis itu meminta-minta sambil menangis yang semakin melengkapi gaya berjalannya yang bertatih-tatih dan juga wajahnya dengan raut yang mengiba, yang membuat orang yang dia temui akan kasihan dan tersentuh melihatnya, menyadari betapa beruntungnya kehidupan mereka jika dibandingkan dengan pengemis ini. Orang tersebut juga memperhatikan dimana pengemis ini tidur beristirahat setelah sehari-hari mengiba-ibakan dirinya agar dia mendapatkan uang, yaitu dimana saja tempat yang bisa dia gunakan, tanpa peduli dimana dia merebahkan badannya untuk tidur, sehingga esoknya dia bisa mengiba-ibakan dirinya lagi untuk mendapatkan uang. Dia tidak bisa berhenti memikirkan pengemis tersebut yang membuatnya iba, membuatnya memikirkan bagaimana kelanjutan hidup dari pengemis itu, yang hidup dengan keadaan yang menyedihkan, yang mungkin disadar oleh pengemis itu, yang ditunjukkan dengan bagaimana cara pengemis itu meminta-minta. Dia merasa kasihan dengan pengemis itu tetapi dia juga tidak suka dengan cara pengemis itu meminta-minta kepadanya dan sebenarnya dia memiliki sesuatu yang ingin dia katakan kepada pengemis itu yaitu bahwa masih ada banyak cara mendapatkan uang yang lain selain meminta-minta sambil mengiba-ibakan wajahnya. Sesuatu yang ingin dia ucapkan kepada pengemis tersebut yang tidak bisa dia ucapkan ketika dia melihat pengemis tersebut, membuatnya merasakan pedas di mulutnya, bagaimana dia ingin mengucapkannya tapi rasa kasihannya kepada pengemis tersebut membuatnya urung mengungkapkan apa yang dia pikirkan dan juga membuat kupingnya panas mendengar kata-kata yang dikeluarkan oleh pengemis tersebut. Tetapi pada akhhirnya, dia hanya bisa berdoa kepada tuhan, meminta ampunannya karena tidak ikhlas dalam memberikan uang kepada pengemis itu dengan pikiran-pikirannya, yang tidak pernah dia ungkapkan kepada pengemis itu karena dia tidak tega untuk mengatakannya, dan dia juga berharap semoga pengemis itu mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan sadar bahwa dia bisa melakukannya, dan jika dia bertemu pengemis itu bertemu dengannya dan tetap meminta-minta kepadanya, dia rasa dia tidak akan memberikan uang kepada pengemis itu, agar pengemis itu tersadar bahwa masih banyak hal yang dapat dia lakukan untuk mendapatkan uang selain mengemis. Analisis Singkat Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Puisi ini ditulis Chairil untuk menunjukkan bagaimana pandangannya akan para pengemis yang pada saat puisi ini ditulis yaitu pada tahun 1943, Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaannya dengan berperang melawan para penjajah, yang tentu saja membutuhkan banyak uang, sehingga terdapat banyak pengemis yang meminta-minta. Puisi ini menunjukkan harapan Chairil Anwar kepada para pengemis, bagaimana mereka seharusnya bisa melakukan sesuatu yang lebih baik di dalam hidupnya untuk mendapatkan uang demi kelangsungan hidup mereka, tanpa perlu mengiba-iba dan meminta-minta kepada setiap orang yang mereka temui di jalan atau dimanapun. Gaya Bahasa Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan di dalam puisi ini adalah sudut pandang dari orang pertama, yang dapat dilihat dari pemakaian kata “Aku” yang merujuk kepada tokoh utama didalam puisi ini untuk menyampaikan isi dari puisi ini yaitu bagaimana pendapat dari tokoh utama tersebut akan seorang pengemis yang meminta-minta. Majas Hiperbola Puisi ini menggunakan majas hiperbola yang terdapat di baris terakhir di bait pertama dan terakhir, yang itu frasa “darahku jadi beku” yang sebenarnya mengartikan bagaimana dia telah kehilangan rasa kasihannya kepada sang pengemis, yang membuat dirinya menjadi dingin, dan dinyatakan dengan berlebihan dengan darahnya menjadi beku, yang mana tidak mungkin hilangnya rasa simpati bisa membekukan darah seseorang. Repetisi Repetisi di puisi ini terdapat di baris pertama sampai baris keempat, yang termasuk di dalam bait satu, yang kemudian disebutkan kembali di bait terakhir, yang mengandung empat baris yang sama dengan empat baris pertama puisi ini. Whether you’re aiming to learn some new marketable skills or just want to explore a topic, online learning platforms are a great solution for learning on your own schedule. You can also complete courses quickly and save money choosing virtual classes over in-person ones. In fact, individuals learn 40% faster on digital platforms compared to in-person learning. Some online learning platforms provide certifications, while others are designed to simply grow your skills in your personal and professional life. Including Masterclass and Coursera, here are our recommendations for the best online learning platforms you can sign up for today. The 7 Best Online Learning Platforms of 2022 Best Overall Coursera Best for Niche Topics Udemy Best for Creative Fields Skillshare Best for Celebrity Lessons MasterClass Best for STEM EdX Best for Career Building Udacity Best for Data Learning Pluralsight
.
  • sbccdv6czt.pages.dev/986
  • sbccdv6czt.pages.dev/587
  • sbccdv6czt.pages.dev/376
  • sbccdv6czt.pages.dev/700
  • sbccdv6czt.pages.dev/401
  • sbccdv6czt.pages.dev/965
  • sbccdv6czt.pages.dev/314
  • sbccdv6czt.pages.dev/989
  • sbccdv6czt.pages.dev/859
  • sbccdv6czt.pages.dev/299
  • sbccdv6czt.pages.dev/840
  • sbccdv6czt.pages.dev/83
  • sbccdv6czt.pages.dev/930
  • sbccdv6czt.pages.dev/66
  • sbccdv6czt.pages.dev/466
  • analisis puisi kepada peminta minta